9/03/2009

Gempa di Pulau Jawa tanggal 2 September 2009

OH MY GOD OH MY GOD OH MY GOD !!
Kata-kata itulah yang keluar dari mulut saya sewaktu gempa melanda Jawa sekitar jam 3 lebih.
Waktu kejadian berlangsung, saya dan teman-temian ngabian sekelas tengah berada di partere (biasalah mahasiswa teladan tiap habis kuliah
pasti nongkrong-nongkrong, apalagi ini bulan puasa jadi sekalian ngabuburit). Sebelumnya saya dan teman-teman mengikuti mata kuliah Leksikografi
yang berakhir kira-kira jam 2.30an. Ntah kenapa cuaca hari itu mendung teu puguh bari jeung mencekam gitu suasananya (atau mungkin hanya perasaanku saja),
tapi habis turun dari lantai 4, si Bebi langsung nanya ke saya "mendung kieu euy, ujan moal nyak?", saya jawab "iya euy, tapi moal ujan ieu mah. nakut nakuti aja mendungnya".
Bebi langsung ketawa. Sebenarnya, mata kuliah Leksikografi itu mestinya kelar jam 3an tapi ntah ada angin topan apa yang membuat kami ingin cepat keluar dari kelas (insting gitu jack).
Keluarlah kami (saya, bebi, ratna, renny, mila, ima, vini) dari gedung FPBS yang paling bagus sedunia (huek huek huek) menuju partere yang damai dan sejuk (hahaha).
Waktu di partere kami berkelakar-kelakar ga jelas sambil terkekeh-kekeh, saya menceritakan kesan saya waktu mata kuliah leksikografi, saya duduk di samping 3 lelaki ganteng se-UPI yaitu Dadang Baharudin Yusup,
Rangga Adityawan, dan Andri Abdul Rahman (dia selalu mengaku bahwa dia mirip Indra L Bruggman, mirip dari mana bang? mirip lobang pantatmu aja sama dia). Saya bilang saya akan mimpi buruk malam ini dan sepanjang
perkuliahan sungguh saya tidak bisa lepas dari bayang-bayang mereka, langsung bebi membuat tanda love love, kami ngakak semua.
Nah, pas kami sibuk cerita satu sama lain, Renny langsung nanya saya "riya, kamu ngerasa goyang ga? goyang banget ini. eh eh eh gempa riya, eh gempa woi, lari lari!!!".
Saya yang tiba-tiba diam dan mencoba merasakan goyangan yang si renny bilang langsung berdiri dan menyaksikan orang-orang di sekitar taman (partere) berlarian entah kemana (tumben sekali partere penuh kayak gasibu).
Saya menyasikkan itu gedung isola (rektorat) bergoyang-goyang dahsyat seperti kue tart yang kena senggolan keras, kaca-kaca jendela gedung isola kebanting-banting ke dinding keras banget, gedung fpbs terdiri dari gedung
berdempetang kanan kiri yang terdiri dari 5 lantai serempak bergoyang mujair ke kanan kiri dengan dahsyatnya, genteng sebelah kiri tempat anak seni musik dan seni rupa terbuka-buka seperti ombak (dan ternyata jebol ke bawah),
pun dinding gedung fpbs retak-retak, plafon lantai 4 (pas ruangan tempat kami kuliah leksikografi) jugga ikut hancur, lampu depa gedung fpbs bergoyang-goyang dahsyat. Saking asyiknya melihat pemandangan yang langka itu, saya lupa menyelamatkan diri,
hanya kata-kata Oh TUHAN, Oh My God itu saja yang keluar dari mulut sambil menyaksikan apa yang selama ini hanya saya lihat di film-film hollywood. Teman-teman saya sudah berlarian ke lapangan dan mereka pun memanggil-manggil saya untuk cepat pergi dari tangga pertere.
Saya yang sungguh sangat merasakan getaran di tangga partere tak sanggup mengangkat kaki, getaran itu membuat saya oleng, mata saya tetap tertuju pada gedung-gedung di depan mata saya. Karena terancam dan teman-teman saya sudah berlarian, saya pun lari mengejar mereka.
Oh Tuhan, tidakkah Kau lihat tadi? saya merasakannya, sungguh!. Saya seperti mengalami bencana-bencana yang terjadi di film-film hollywood tentang kiamat yang saya sudah tonton. Manusia berlarian panik, gedung-gedung bergoyang, tanah yang ku pijak bergetar hebat, tubuh saya oleng,
saya sungguh terpukau tapi saya tidak takut karena saya yakin dunia ini belum akan berakhir dan kalau pun berakhir saya siap. Setelah gempa berakhir, kami pun kumpul kemabali (tapi posisi kami berdiri sambil ketawa-ketawa), "astapiruloh, kok bisa yah?", "gede banget gempanya",
" tu kan kata aku gempa, masak kalian ga ngerasa", "wah fpbs han ur euy,UPI mengalami kerugian besar euy", "eta genteng hancur euy, tingali eta", "anjir, urang jiga di film-film euy, doomsday", dan masi banyak lagi banyolan kami tentang kejadian barusan.
kami langsung menuju depan gedung fpbs yang tengah ramai mahasiswa yang berlarian dari dalam gedung fpbs, dan ternyata banyak korban berjatuhan (tidak sampai meninggal kok). Kami yang berdiri didepan gedung isola dan gedung fpbs akhirnya seperti ektiban durian runtuh,
adalah dengan kejadian ini, kami bisa melihat rektor (si bebi yang heboh ngasi tau kalo ada pak rektor, dia nanya ke kami semua apa kami uda pernah liat pak rektor?) kami pak Sunaryo Kartadinata yang kepanikan dan tidak mau mau gedung isola lagi. haha, musibah yang membawa kami pada pertemuan dengan pak rektor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar