1/21/2011

Liburan di Tanah Batak

Haiii, apa kabar? Yah, akhirnya aku menulis kembali *sujud syukur*. Oke, untuk informasi saja, aku menghabiskan liburan Natal dan Tahun Baru di Tanah Batak alias Samosir. Aku mengunjungi rumah inang dan amang di sebuah kampung bernama Sigurgur, dan rumah opung di Sidaji. Yah... yah... yah... aku tahu pasti kalian menyangka aku tertarik sekali dan girang akan pergi ke sana. Yang sebenarnya adalah aku tidak tertarik sama sekali. Banyak alasan yang membuat aku tidak tertarik dengan liburanku kali ini, ditambah lagi kameraku rusak dan harus menginap di Kodak Jakarta selama 2 minggu. Liburan tanpa kamera itu sangat buruk sekali. Itu hanya salah satu alasan saja, masih banyak lagi loh. Oke sudahlah, aku di sini tidak untuk membahas hal itu. Kemon, lanjutttt.
Oke, mau tidak mau aku harus ikut keluargaku, aku tidak mau dibilang anak durhaka karena tidak ikut acara liburan mereka hihihi. Aku pikir liburanku ini aku habiskan di perjalanan. Bayangkan, aku harus melakukan perjalanan dari Bandung-Merasi (Sumatera Selatan)-Samosir-Merasi-Jakarta-Bandung. Aku di Samosir hanya 1 minggu dan keberangkatanku dari tempat satu ke tempat lain hanya berselang 1 hari. Bayangkanlah! Oke, tidak masalah.
Aku tahu Tanah Batak itu menyimpan banyak kemistisan dan aku suka itu. Memang sejak dulu aku sudah banyak melakukan ritual mistis ini, tapi itu waktu aku masih kecil dan belum tahu apa-apa. Dan sekarang aku tertarik akan semua hal yang kulakukan di sana. Dulu tidak terpikir olehku bentuk rumah Batak sampai mendetail, tentang cicak yang menjaga rumah Batak, kuburan keluarga, ziarah kepada orang tua dan leluhur, pentingnya pengabdian setelah orang tua meninggal, asal-usul leluhurku, pentingnya "memberi makan" tulang (kita bisa meminta tulang untuk mendoakan kita, dan itu terbukti terkabul), menghormati lebih saudara laki-laki (semacam "memberi makan" juga), roh-roh opung yang masih ada, oh TUHAN, ini banyak sekali. Aku tidak bisa menyebutkan semuanya. Terlalu banyak dan aku sudah mulai lupa. Hihihi. 
Mungkin liburanku tidak terlalu buruk. Aku bisa memperoleh banyak informasi dari orang-orang di Tanah Batak. Oh iya, tentunya hal yang paling kusuka dari liburanku adalah saat aku mengunjungi kampung leluhurku di Parbaba. Kamu tahu nama belakangku yaitu Sihaloho, tepatnya Sihaloho Sinapitu dari Si Opat Sosor. Kampung itu adalah tempat awal Sihaloho tinggal. Letak kampung itu di bukit, di depan  langsung terlihat Danau Toba, dan hijau sekali. Nama Si Opat Sosor itu berasal dari empat rumah yang berdiri di sana (Opat = empat). Rumah itu sudah tidak ditempati lagi karena penghuninya sudah pindah ke kota-kota. Tadinya yang tinggal di sana opung-opung atau orang dewasa, kalau opung kan tidak ada yang merawat jadi lebih baik dibawa oleh anaknya untuk tinggal bersama dan kalau yang dewasa itu sudah pergi merantau. Kamu bisa membayangkan bukan? Rumah itu sudah berusia ratusan bahkan ribuan tahun, dan masih berdiri kokoh. Artistik sekali! Wow! Aku mengunjungi tempat lelulurku. Ini luar biasa sekali. Banyak pohon mangga, pisang, singkong, tanah menjulang, ladang-ladang yang luas, dan kata bapak itu punya kami. WOW! Ini tidak terlupakan.
Oke, ini sebagian fotoku. Aku ambil ini dari kamera hp adikku. Oke, nikmatilah. :) Daaaaa
Aku dan Si Gale-gale
Aku, Vicler, Mbak Meli, dan Imelda
Aku, Vicler, Kak Agus, dan Mbak Meli
Aku di depan rumah inang dan amang
Mamak dan bapak di depan rumah inang dan amang

4 komentar: