2/14/2011

Belajar dari Raja Hizkia

Hai orang-orang, apa kabar? Ini sudah minggu kedua aku "mandul" di dunia maya. Harap maklum, modem sengaja tidak kuisi karena aku sedang mengalami krisis semacam krisis ekonomi alias paceklik. Padahal tanggal-tanggal ini masih terhitung tanggal ranum atawa muda, tapi persediaan uang sudah menipis. Bagaimana tidak, bulan ini banyak sekali hal yang mengeluarkan banyak uang, misalnya aku baru saja ganti dokter kulit dan itu sangat membuat aku terjatuh (tidak masalah dr. Fattah, asal memuaskan), aku harus mengeluarkan uang 2 kali lipat untuk membayar dokter gigi karena ganti kawat yang lebih besar supaya gigiku cepat bergeser, aku harus membayar hutang dan arisan (aku berharap dapat arisan bulan ini, hahaha tapi harapan tinggal harapan). Oh ya, selamat hari Kasih Sayang yah buat kamu yang mau merayakan.
Minggu kemarin aku baru saja menyunting bahan-bahan Sekolah Minggu untuk beberapa kelas Sekolah Minggu. Nah, dari sekian banyak pelajaran yang memuat tentang perbuatan raja-raja yang menyenangkan hati Tuhan, ada satu raja yang aku sukai, Raja Hizkia. Raja Hizkia adalah raja dari Kerajaan Yehuda. Setelah Salomo meninggal, Kerajaan Israel terpecah menjadi 2 kerajaan yaitu Kerajaan Yehuda dengan ibukota di Yerusalem, dan Kerajaan Israel dengan ibukota di Samaria. Raja dan rakyat di Kerajaan Israel meninggalkan Allah, mereka menyembah dewa-dewa, tapi raja dan rakyat di Kerajaan Yehuda tetap menyembah Allah, Saat pemerintahan Raja Hizkia, rakyat diminta untuk hidup benar, setia, dan tidak menyembah berhala. Hizkia berarti 'Yahweh adalah kekuatan', nama yang sangat bagus. Dari namanya sudah terbaca kalau Hizkia memang mengandalkan Allah saja, apa pun yang terjadi. Saat dia memerintah, patung berhala (dewa-dewi) dimusnahkan, termasuk patung ular tembaga Musa yang disebut Nehustan. Dia ingin hanya Allah saja yang disembah karena Allah adalah pencipta semesta. Saat Sanherib, raja Asyur, menyerang Kerajaan Yehuda yang tidak mempunyai pasukan perang yang banyak, Raja Hizkia hanya berdoa dan minta Allah yang berperang melawan para pasukan perang Asyur. Allah menolong Raja Hizkia. Raja Hizkia juga memberi teladan baik. Dia meminta rakyatnya untuk memberi persembahan ke Rumah Tuhan, tapi dia mulai dengan melakukannya sendiri. Dia tidak hanya memerintah, tapi juga ikut andil.
Saat jatuh sakit dan hampir mati, dia hanya mengandalkan Allah saja. Nabi Yesaya bilang kalau dia akan segera mati, dia sangat bersedih. Dalam kesedihannya, Raja Hizkia berdoa kepada Tuhan. Sambil terbaring, ia memalingkan wajahnya ke tembok dan berdoa, “Tuhan aku telah hidup setia, dengan tulus aku melakukan apa yang baik di mata-Mu.” Lalu ia menangis sejadinya. Allah mengabulkan doa Raja Hizkia, bahkan Allah berkenan menambahkan umurnya 15 tahun lagi.  Raja Hizkia sembuh dari semua bisul yang ada di seluruh badannya. Allah mengerti kesetiaan, kepatuhan, dan ketaatan Raja Hizkia pada-Nya.
Raja Hizkia menjadi salah satu contoh pemimpin yang teladan. Bukan karena arti namanya dia bertindak seperti itu, atawa juga bukan karena penguasa sehingga dia memerintah dengan berbagai macam permintaan. Itu semua karena dia terpilih, berkewajiban, dan bertanggung jawabnya karena telah dipilih. Dia terpilih karena Allah memilihnya, jadi dia berkewajiban menuruti apa pun yang diminta Allah. Dia juga bertanggung jawab untuk rakyat yang dipercayakan Allah untuknya, dia harus membawa rakyat untuk hidup benar. Raja Hizkia sangat tegas. Dia mengerti dan melihat sendiri ada banyak dewa yang menjadi berhala rakyatnya dan itu tidak menyenangkan hati Allah. Dia berani dan bertindak tegas untuk memusnahkan itu semua, tanpa sisa sedikit pun. Ada baiknya seorang pemimpin belajar dari teladan Raja Hizkia. Kalau menginginkan rakyatnya damai sejahtera, mulailah dengan memberi teladan, tidak hanya meminta untuk melakukan ini dan itu. Mulai bersikap tegas akan membuat seorang pemimpin menjadi lebih dihargai. Ketika melihat hal-hal yang tidak menyenangkan dan merugikan banyak orang, seorang pemimpin tentu HARUS menindaknya dengan memberi perintah yang jelas. Ada seorang pemimpin yang melihat perbuatan-perbuatan sangat tidak menyenangkan dilakukan oleh kelompok-kelompok bar-bar, pemimpin itu hanya memberi perintah, "Bubarkan kelompok-kelompok yang memakai kekerasan." Pemimpin itu mungkin tidak punya mata atau apalah istilahnya sehingga dia susah menyebut siapa ormas-ormas itu. Dia melihat tapi pura-pura tidak melihat. Bersiap-siaplah menjadi tidak melihat selamanya, pemimpin.
-ars-

3 komentar:

  1. terimakasih buat sharingnya ars..
    kelak ketika kita punya kesempatan utk menjadi pemimpin mari memimpin seperti raja Hizkia..

    BalasHapus
  2. Yup. Memimpin rakyat yang besar butuh sikap yang luar biasa seperti Raja Hizkia. Harus mulai dari sekarang! Lakukan! :)

    BalasHapus